Nabi Muhammad Saw
Muhammad bin Abdillah |
|
Deskripsi |
Nabi Muhammad Saw |
Nama |
Muhammad |
Julukan |
Abul Qasim |
Gelar |
Amin, Mustafa, Rasulullah, Habibullah, Shafiyallah, Sayid al-Mursalin, Khatam al-Nabiyyin, Nabi Ummi, Rahmat lil Alamin |
Tanggal Lahir |
17 Rabiul Awwal 570 M |
Tempat Lahir |
Mekkah |
Tanggal Wafat |
28 Safar 11 H/632 M |
Masa Hidup |
63 Tahun |
Tempat Dikuburkan |
Madinah |
Istri-istri |
Khadijah,
Aisya binti Abu Bakar, Hafsah binti Umar, Zainab binti Utsamah bin
Harits, Ummu Habibah binti Abu Sufyan, Ummu Salamah, Zainab bintih
Jahsy, Juwairiah binti Hariz Ibn Abi Dharar, Safiyah binti Harits ,
Maimunah binti Harits Ibnu Huzn |
Anak-anak |
Fatimah, Qasim, Abdullah, Ummu Kulsum, Ruqaya, Zainab |
|
Muhammad bin Abdillah bin Abdul Muttalib bin Hasyim (Arab:
محمد بنعبداللّه بنعبدالمطّلب بنهاشم ) lahir pada
Tahun Gajah, bertepatan dengan tahun 570 M di kota
Mekah dan wafat pada 11 H/632 M di kota
Madinah) Nabi Besar
Islam Muhammad Saw termasuk dari salah seorang nabi
''ulul azmi'' dan sebagai nabi Allah yang terakhir,sebagai pengemban
Al-Quran yang merupakan
mukzijat utamanya. Ia mengajak umat manusia untuk ber
akhak dan menyembah Allah Yang
Esa. Ia adalah seorang pemimpin bijaksana, perintis syariat, pembaharu umat, dan juga termasuk seorang panglima perang.
Walaupun ia lahir di tengah-tengah
masyarakat Arab yang musyrik,
namun selama hidupnya,ia senantiasa menjauhkan diri dari penyembahan
patung-patung berhala serta menjaga dirinya dari perbuatan-perbuatan
buruk yang pada saat itu menjadi tradisi dalam masyarakat Arab jahiliyah
,Sampai pada akhirnya, disaat berusia 40 tahun, Ia diangkat oleh Allah
menjadi seorang nabi. Pesan terpentingnya adalah mengajak umat manusia
untuk ber
tauhid dan menyempurnakan
akhlak.
Walaupun kaum musyrikin Mekah selama bertahun-tahun berlaku buruk
kepadanya dan menyiksa sebagian dari pengikutnya, namun ia dan para
pengikutnya sama sekali tidak melepaskan diri dari
Islam. Setelah selama 13 tahun berdakwah di
Mekah, pada akhirnya ia berhijrah ke
Madinah.
Hijrahnya ke
Madinah adalah
awal permulaan penanggalan Islam. Ia di
Madinah telah menghadapi beberapa peperangan dengan pihak kaum musyrikin yang akhirnya kemenangan berada di tangan kaum muslimin.
Nabi Saw dengan usaha dan jerih payahnya telah mengubah masyarakat Arab
jahiliyah dalam waktu yang singkat menjadi masyarakat yang ber
tauhid. Di masa hidupnya hampir seluruh masyarakat
semenanjung Arab telah memeluk
Islam sebagai agama mereka. Dan pada priode selanjutnya hingga kini perkembangan
Islam
semakin terus berlanjut dan kini menjadi sebuah agama yang mendunia dan
terus berkembang. Nabi Saw telah berpesan kepada kaum muslimin bahwa
sepeninggalnya, hendaklah berpegang teguh pada
Al-Quran dan
keluarganya
As dan jangan sampai terpisah dari keduanya. Hal tersebut
disampaikannya dalam berbagai kesempatan, di antaranya pada peristiwa
Ghadir Khum, saat
Imam Ali As dilantik sebagai khalifah sepeninggalnya kelak.
Nabi besar Islam Saw:
“Di sisiku, mendirikan dua rakaat di pertengahan malam lebih aku sukai dari dunia dan seisinya”
Thabatabāi, Sunanun Nabi, hlm. 288
Nabi besar Islam Saw:
“ Usaha dan jerih payah yang berlebihan tidak ada di dalam kehidupan kami”
Thabatabāi, Sunanun Nabi, hlm. 63
Nabi besar Islam Saw:
“ Seburuk-buruknya dosa adalah mempermainkan kehormatan saudara muslimnya”
Payāme Payāmbar, hlm. 717
Nabi besar Islam Saw:
“ Seberat-beratnya sesuatu dalam timbangan amal seorang
mukmin adalah akhlak yang mulia; Allah tidak menyukai orang yang jelek
perkataannya, ucapannya dan bahasanya”
Payāme Payāmbar, hlm. 701
Salah satu tulisan kaligrafi Nabi Muhammad Saw
Riwayat Hidup
Mengenai kehidupan Nabi Muhammad Saw, terdapat banyak sumber yang
valid dalam literatur sejarah dan dapat diakui bahwa peristiwa dan
kejadian yang menimpa dalam kehidupannya lebih sempurna dan lebih teliti
dibandingkan dengan kehidupan para Nabi lainnya. Namun walaupun
demikian, seperti sebagian tokoh-tokoh sejarah lainnya, masih belum bisa
diketahui secara rinci dari kehidupannya dan terkadang ada
kesimpangsiuran dan perbedaan-perbedaan. (lihat:
Sumber-sumber pengetahuan dari kehidupan Nabi Saw). Meskipun perbedaan-perbedaan ini dapat memberikan gambaran yang jelas dari kehidupannya.
Dari Kelahiran Hingga Pengutusan
Nasab, Julukan dan Gelar
Muhammad bin Abdillah bin Abdil Muthalib (
Syaibah al-Hamd,
‘Amir) bin Hasyim (
‘Amr al-‘Ula) bin Abdu Manaf (
Mughirah) bin Qushai (Zaid) bin Kilab (Hakim) bin
Murrah bin
Ka’ab bin
Luay bin
Ghalib bin
Fihr (Quraisy) bin Malik bin
Nadhr (Qais) bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah (‘
Amr) bin Ilyas bin
Mudhir bin Nizar (Khuldan) bin Ma’adda bin Adnan. Salam atas mereka.
[1]
Ibu Nabi Besar Islam adalah
Aminah binti Wahb
bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Ketika Nabi Muhammad Saw berumur 6
tahun 3 bulan (4 tahun menurut sebagian pendapat), ibunya membawa ia
pergi ke kota
''Yatsrib''(Madinah) sehingga sanak familinya (dari keluarga ibu
Abdul Muthalib dari kabilah
Bani ''Ady'' bin ''Najjar'') dapat melihatnya. Dalam perjalanan pulang, Bunda
Aminah meninggal dunia di daerah
''Abwa'' dalam perjalanan menuju Mekah dan dimakamkan di situ. Ia ketika itu berumur 30 tahun.
[2] Allamah Majlisi berkata: “
Syiah Imamiyah sepakat secara
ijma’ atas
keimanan Abu Thalib,
Aminah binti Wahb dan
Abdullah bin Abdul Muthalib dan kakek buyut Rasulullah sampai
Nabi Adam as.
[3]
Nama-nama panggilan nabi besar islam adalah Abul Qasim dan Abu Ibrahim.
[4]
Sebagian gelar-gelar beliau adalah:
Al-Musthofa,
Habibullah,
Shafiullah, Kahiru Khalqillah,Sayidul Mursalin, Khatam al-Nabiyin, Rahmatan li al-Alamin dan
Nabiyu Ummi.
[5]
Kelahiran
Salam sejahtera atasmu Ya Muhammad Saw
Tahun kelahiran Nabi Muhammad Saw tidak bisa diketahui dengan pasti.
Ibnu Hisyam dan yang lainnya menulis tanggal kelahirannya di tahun gajah
(yaitu tahun dimana raja Abrahah datang merusak
Kabah
dengan gajah-gajahnya); namun sejarah ini bisa jelas, bagi orang-orang
yang mereka menyaksikan sendiri kejadian itu, namun untuk selain mereka
hal ini tidak dapat dipastikan dan sampai sekarang secara pasti tidak
dapat juga dikatakan bahwa sebenarnya kapan dan pada tahun apa
peristiwa perang gajah terjadi. Namun walaupun demikian, ketika para
ahli sejarah menulis bahwa wafat nabi Muhammad Saw adalah pada tahun 632
M, dan ketika wafat Ia berumur 63 tahun oleh karena itu tahun
kelahirannya dapat diperkirakan sekitar tahun 569- 570.
[6]
Hari kelahiran nabi besar Islam menurut pendapat masyhur
Syiah adalah 17 Rabiul Awwal dan menurut pendapat masyhur Ahlu Sunnah adalah 12 Rabiul Awwal.
[7]
Masa Kecil
Para ahli sejarah menulis berbagai macam cerita dari kehidupannya,
namun memilah dan memisahkan kenyataan sejarah dan cerita fiktif dapat
dilakukan jika kita sandarkan pada dalil-dalil yang kuat. Dalil-dalil
semacam
Al-Quran dan Sunnah (riwayat) mampu menjelaskan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahun-tahun yang lampau. Adapun
Al-Quran
dalam bidang ini tidak memiliki kecuali pengisyaratan yang sifatnya
partikel. Dari pengisyaratan ini dan juga dari apa yang ditulis oleh
para sejarawan, menjadi sebuah kesepakatan bahwa Nabi Muhammad Saw masa
kecilnya berlalu dalam keadaan yatim.
[8]
Abdullah, beberapa bulan setelah pernikahannya dengan
Aminah -salah seorang putri dari Wahb kepala suku dari kabilah bani Zuhrah- ia meninggal dunia di kota
Yastrib, dalam salah satu perjalanan dagangnya, sekembalinya dari
Syam. Sebagian para sejarawan menulis bahwa
Abdullah
meninggal dunia beberapa bulan setelah kelahiran Nabi Muhammad Saw.
Selanjutnya Nabi Muhammad Saw menjalani masa penyusuannya pada seorang
perempuan dari kabilah bani Sa’d yang bernama
Halimah. Di saat masih berusia 6 tahun ibunya meninggal dunia.
Abdul Muttalib kakeknyalah yang kemudian bertanggungjawab untuk mengasuh dan membesarkannya. Di usianya yang ke 8 tahun,
Abdul Mutthalib mengucapkan salam terakhirnya pada dunia dan Muhammad pun berada di bawah asuhan pamannya
Abu Thalib.
[9]
Di rumah
Abu Thalib, istrinya,
Fatimah binti Asad sangat menyayangi Muhammad, sampai kemudian ketika Ia wafat, Nabi bersabda:
̋ Hari ini ibuku wafat. ̏
Nabi sendirilah yang mengkafaninya dengan pakaiannya sendiri dan turun
ke dalam kuburannya dan tidur di liang lahatnya. Akibat perbuatannya
itu, dikatakan kepadanya, “Wahai Rasulullah! Mengapa engkau sangat
gelisah dengan kematian
Fatimah?” Ia menjawab:
“
Sesungguhnya Ia adalah ibuku, dia membiarkan anak-anaknya lapar
sedangkan aku dalam keadaan kenyang, dia membiarkan anaknya dalam
keadaan kotor sedangkan aku dijaga untuk selalu bersih dan rapi,
hakekatnya ia adalah ibuku.” [10]
Awal Perjalanan Ke Syam dan Ramalan Seorang Pendeta Nasrani
Para ahli sejarah menulis bahwa Muhammad ketika kecil pernah pergi mengadakan perjalanan bersama
Abu Thalib pamannya ke
Syam dan di pertengahan jalan pada sebuah tempat bernama
Bashra seorang pendeta nasrani bernama
Bukhira melihat pada dirinya tanda-tanda kenabian. Iapun memberi pesan kepada
Abu Thalib
dan secara khusus memberikan nasehat kepadanya untuk menjaga Muhammad
dari bahaya gangguan kaum Yahudi sebagai musuhnya. Diriwayatkan, setelah
para rombongan berpencar meninggalkan tempat pendeta nasrani. Pendeta
tersebut menahan Muhammad sejenak dan berkata kepadanya, “Demi Latta
dan Uzza aku bersumpah, apa yang aku tanyakan padamu, jawablah!”
Muhammad Saw menjawab,
“Jangan bertanya kepadaku dengan nama Latta
dan Uzza, karena sesungguhnya tidak ada yang lebih aku benci dari kedua
nama tersebut.” Kemudian
Bukhaira memberikan sumpah kepadanya dengan nama Allah SWT.
[11]
Khalfu al-Fudhul
Dari peristiwa-peristiwa penting yang terjadi sebelum pernikahan Nabi
Muhammad Saw, adalah keikutsertaannya dalam sebuah perjanjian bernama
Halfu al-Fudhul, di mana sebagian penduduk
Mekah
ketika itu juga ikut hadir dalam perjanjian tersebut supaya mereka
“melindungi dari setiap orang yang terzalimi dan mengembalikan haknya”.
Nabi Saw di masa mendatang pula akan memuji perjanjian seperti ini dan
mengatakan bahwa seandainya sekali lagi Ia diajak untuk mengadakan
perjanjian semacam ini, Ia akan ikut serta. (lihat: keremajaan Nabi
Saw)
[12]
Perkawinan
Nabi besar Islam Saw:
“ خِيارُكم خِيارُكم لِنِسائِهِم”
“Sebaik-baiknya kalian adalah orang yang memperlakukan istrinya dengan sebaik-baiknya”
Payāme Payāmbar, hlm. 432-433
Muhammad Saw ketika berumur 25 tahun,
Abu Thalib berkata kepadanya: Rombongan Quraisy sudah bersiap untuk berangkat ke Syam.
Khadijah binti Khuwailid,
sekelompok dari keluarganya telah memberikan modal kepadamu supaya
berdagang untuknya dan bersekutu dalam keuntungan. Jika engkau mau dia
juga akan menerimamu. Kemudian dia berkata dengan
Khadijah dan ia menerimanya. Telah diriwayatkan dari Ibnu Ishaq bahwa
Khadijah
mengenal Muhammad dengan amanat dan kebesaran yang beliau miliki,
kemudian dia mengirimkan pesan kepadanya: Jika engkau siap berdagang
dengan hartaku, aku akan membayar sahammu lebih dari yang lain.
[13]
Baiat yang Dipaksakan
Nabi besar Islam Saw:
“ انّ الله تعالى يبغض الطلاقَ”
“Sesungguhnya Allah Swt murka dengan orang yang melakukan talak ”
Payāme Payāmbar, hlm. 574-575
Dari perjalanan dagang ini,
Khadijah
mendapatkan keuntungan yang sangat banyak, karena, seorang laki-laki
yang memutar hartanya dengan berdagang adalah seorang yang terkenal
dalam penjagaan amanat, kejujuran dan moral yang baik. Setelah
perjalanan dagang inilah
Khadijah
melangsungkan perkawainannya dengan Muhammad Saw. Muhammad Saw
sebagaimana yang kami tulis ketika itu berusia 25 tahun dan mereka
menulis usia
Khadijah ketika itu 40 tahun, tetapi dengan melihat pada anak-anak yang dilahirkan
Khadijah,
bisa diperkirakan bahwa usia beliau lebih muda dari ukuran yang telah
tertulis dan para ahli sejarah arab memilih angka 40 karena bilangan
tersebut adalah bilangan yang sempurna.
[14]
Khadijah
untuk Muhammad telah melahirkan beberapa anak di mana putra-putranya
telah meninggal dunia di masa kecil dan di antara putri-putrinya yang
ternama adalah
Siti Fatimah. (lihat: Putra putri Nabi Saw.)
Nabi besar Islam Saw:
“ما اَكرَمهُنّ الا كَريمٌ و ما اَهانهُنّ الا لَئيمٌ”
“Tidak memuliakan para wanita kecuali dia seorang yang mulia dan tidak menghinakan mereka kecuali dia seorang yang bejat ”
Payāme Payāmbar, hlm. 432-433
Khadijah
hidup bersama rasulullah kira-kira 25 tahun, dan di usia 65 tahun
beliau meninggal dunia pada tahun 10 kenabian, satu tahun enam bulan
setelah keluarnya Bani Hasyim dari pengepungan yang dikenal dengan
Sy’ib Abu Thalib. Sepeninggalnya rasulullah menikah dengan
Saudah binti Zam’ah bin Qais. Dan istri-istri Nabi setelahnya adalah:
Aisyah,
Hafsah,
Zainab binti Khuzaimah bin Harits,
Ummu Habibah binti Abu Sufyan,
Ummu Salamah,
Zainab binti Jahsy,
Juwairiyah binti Haritsbin Abi Dharar,
Shafiyah binti Huyai bin Akhtab, dan
Maimunah binti Harits bin Hazn.
[15]
Keturunan
Putra putri Rasulullah Saw selain
Siti Fatimah Sa seluruhnya meninggal dunia di masa hidupnya Rasulullah, dan silsilah keturunannya hanya diteruskan oleh
Siti Fatimah Sa. Secara keseluruhan Ia memiliki 3 orang putra dan 4 orang putri. Dan mereka adalah:
- Qashim (putra sulung Rasulullah yang meninggal dunia pada usia 2 tahun di Mekah.
- Zainab, meninggal pada tahun 8 H di Madinah.
- Ruqayah, meninggal pada tahun 2 H di Madinah.
- Ummu Kultsum, meninggal pada tahun 9 H di Madinah.
- Fatimah, meninggal pada tahun 11 H di Madinah dan keturunan Rasulullah dapat langgeng hanya melaluinya.
- Abdullah, lahir di Mekah setelah Nabi diutus dan kota itu pula meninggal dunia.
- Ibrahim, meninggal pada tahun 11 H di Madinah [16]
Pemasangan Hajar Aswad
Gambar Hajar Aswad di salah satu sudut Kabah
Peristiwa lain yang terjadi sebelum Nabi Muhammad Saw diutus, yang menunjukkan kedudukan beliau dalam pandangan masyarakat
Mekah adalah cerita pemasangan
Hajar Aswad. Kita tahu bahwa pada zaman jahiliyah Rumah Allah
Ka'bah juga terhormat dalam pandangan bangsa Arab. Pernah pada satu tahun banjir masuk ke dalam
Ka'bah dan merusak dinding rumah suci tersebut. Kaum Quraisy meninggikan dinding-dinding
Ka'bah, ketika mereka hendak memasang
Hajar Aswad,
terjadi perselisihan antara ketua suku kabilah. Ketua dari setiap suku
kabilah berkehendak dialah yang mendapat kehormatan untuk melakukan
hal tersebut. Akhirnya suasana pun memanas. Para pemuka suku
menyediakan sebuah baskom yang berisi darah dan memasukkan tangan mereka
ke dalamnya. Hal ini adalah ibarat sumpah yang mengharuskan mereka
untuk berperang sampai salah satu dari mereka menang.
Akhirnya merekapun menerima bahwa orang pertama yang memasuki Masjid
dari pintu Bani Syaibah harus menerimanya sebagai juri dan apa saja
yang dikatakannya harus dilakukan. Dan orang pertama yang memasukinya
adalah Muhammad Saw. Para pembesar Quraisy berkata dia adalah
al-Amin
seorang yang dipercaya, setiap keputusannya akan kami terima. Kemudian
diceritakan kepadanya apa yang terjadi. Muhammad Saw
berkata:“Bentangankanlah sebuah kain” dan ketika hal itu telah dilakukan
kemudian ia meletakkan
Hajar Aswad
di tengah kain tersebut. Dan berkata: “Setiap kepala suku hendaklah
memegang salah satu sudut kain.” Ketika mereka memegang setiap sudut
kain dan membawanya, kemudian beliau mengambil
Hajar Aswad tersebut dan meletakkan di tempatnya dan keputusan ini telah mencegah sebuah pertikaian besar yang dapat menumpahkan darah.
[17]
Dari Pengutusan Sampai Hijrah
Menurut pendapat masyhur Syiah Imamiah, pengutusan nabi Saw terjadi pada tanggal 27 Rajab.
[18]
Muhammad Saw ketika mendekati tahun-tahun pengutusannya, ia mulai
mengasingkan diri dari masyarakat dan ia mulai sibuk dengan beribadah
kepada Tuhannya Yang Maha Esa. Setahun sekali ia mengasingkan diri ke
sebuah gunung bernama
Hira
dan beribadah di sana dan di saat-saat inilah setiap pengemis yang
datang kepadanya, ia berikan makanan kepada mereka. Kemudian dengan hati
penuh dengan penghambaan ia kembali ke
Mekah. Dan sebelum pergi ke rumahnya, ia melakukan tawaf mengitari
Ka’bah sebanyak tujuh kali atau lebih lalu pergi ke rumahnya.
[19]
Di salah satu tahun inilah, ia sering menyendiri di
goa Hira ia diutus dan dipilih Allah Swt menjadi nabi.
Muhammad Saw berkata:
“Jibril datang kepadaku dan berkata: Bacalah!. Aku berkata: “Aku tidak bisa membaca.” Kemudian berkata lagi: Bacalah! Aku berkata: “Apa yang aku baca?” Ia berkata:
﴾اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ﴿
"bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan."
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa ketika ia diutus umurnya telah sampai empat puluh tahun.
[20]
Rasulullah Saw dengan mendapatkan ayat-ayat permulaan surah al-Alaq
sebagai ayat-ayat pertama yang telah turun kepadanya, dan dengan
datangnya risalah di tempat pengasingannya, beliau kembali ke
Mekah.
Keadaan semacam ini, yang berkelanjutan hingga malam, tidak pernah
terjadi sebelumnya pada dia, oleh karena itu suatu hal yang alami jika
sebelum melakukan sesuatu ia langsung pergi ke rumahnya. Ada 3 orang
yang tinggal di rumahnya:
Khadijah, istri mulia beliau, anak paman beliau
Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Haritsah.
[21]
Nabi Saw dalam ajakannya pertamanya mulai mengajak keluarganya untuk
mentauhidkan Tuhan. Dan orang pertama yang menyatakan keimanannya adalah
istrinya
Khadijah, dan dari laki-laki anak paman beliau
Ali bin Abi Thalib As yang mana pada waktu itu ia berada dalam asuhan dan lindungan Nabi Saw.
[22] Dalam sumber-sumber madzhab islam lainnya, dikatakan bahwa seperti
Abu Bakr dan Zaid bin Haritsah mereka juga termasuk dari orang-orang yang pertama kali masuk islam.
[23]
Meskipun ajakan pertama Nabi sangatlah terbatas, akan tetapi jumlah kaum
muslimin makin terus bertambah, dan dalam waktu singkat orang-orang
yang masuk islam pergi ke sekitar
Mekah dan bersama nabi Saw mendirikan sholat.
[24]
Dakwah Terang-terangan
Tertulis dalam sejarah bahwa setelah Muhammad Saw sampai pada
kenabian, Ia selama tiga tahun berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Akan
tetapi sebagian mencatat bahwa dengan melihat susunan penurunan
ayat-ayat
Al-Quran mereka berkata bahwa jarak dakwah secara umum dan terbuka dari kebangkitannya menjadi nabi sangatlah pendek.
[25]
Hal pertama yang dilakukan Nabi Saw adalah Ia mengajak masyarakat untuk
meninggalkan penyembahan patung berhala dan mengajak mereka menyembah
Tuhan Yang Esa. Pada permulaan sholat hanya dua rakaat. Kemudian untuk
mereka yang menetap wajib mendirikan sholat empat rokaat dan untuk para
musafir dua rokaat. Kaum muslimin ketika mendirikan sholat dan beribadah
kepada Tuhan, mereka mendirikannya secara sembunyi di celah-celah
gunung dan di tempat-tempat yang jauh dari lalu lalang masyarakat.
Sedikit demi sedikit akhirnya kaum muslimin terpencar diberbagai sudut
kota
Mekah.
[26]
Hal yang masyhur dalam sejarah adalah bahwa karena tiga tahun
dari kenabian telah berlalu Tuhannya memberikan perintah kepadanya untuk
berdakwah ke tengah masyarakat mengajak mereka kepada Tuhan Yang Esa
dengan firmanNya:
﴾وَ أَنْذِرْ
عَشيرَتَكَ الْأَقْرَبينَ ﴿214﴾ وَ اخْفِضْ جَناحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ
مِنَ الْمُؤْمِنينَ ﴿215﴾ فَإِنْ عَصَوْكَ فَقُلْ إِنِّي بَريءٌ مِمَّا
تَعْمَلُونَ﴿216
"Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang
terdekat, (214) dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang
mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.(215) Jika mereka
mendurhakaimu maka katakanlah:" Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab
terhadap apa yang kamu kerjakan";( 216 )
Ibnu Ishaq menulis, setelah ayat–ayat tersebut turun, Nabi Saw berkata kepada
Ali As:
“Hai Ali, Allah berfirman kepadaku supaya aku mengajak sanak kerabat
dan familiku untuk menyembahNya, maka potonglah seekor kambing,
sediakanlah beberapa potong roti dan beberapa liter susu. Kemudian Ali
as pun melakukan apa yang dikatakan Rasulullah dan pada hari itu sekitar
40 orang dari anak keturunan
Abdul Mutthalib
datang dan semuanya merasa kenyang dari makanan yang telah dihidangkan.
Namun begitu Rasulullah hendak memulai pembicaraannya, Abu Lahab
berkata dia telah menyihir kalian semua. Majelis pun berantakan. Di hari
yang lain, Rasulullah Saw kembali mengundang mereka dan berkata:
“Hai anak keturunan Abdul Mutthalib !
Aku tak menduga ada dari orang Arab yang membawa sesuatu yang itu lebih
baik dari apa yang aku bawa untuk kaumnya. Aku membawa kalian kepada
dunia dan akherat.” .
[27]
Thabari menulis, :”Ketika Rasulullah menyampaikan dakwahnya
kepada sanak kerabat dan familinya, Ia berkata: “Siapa diantara kalian
yang menolong dan membantuku dalam perkara ini sehingga ia akan aku
jadikan saudaraku, washiku dan khalifahku di tengah-tengah kalian?”
Semua diam dan
Ali As
berkata: “Ya Rasulullah, dia adalah aku .” Nabipun bersabda: “Ini
adalah washiku, dan khalifahku di tengah-tengah kalian; dengarlah
kata-katanya dan ambillah perintah darinya.”
[28]
Beginilah yang diriwayatkan, para ahli sejarah lainnya dan
penulis-penulis sejarah juga membawakan hadits yang serupa karenanya
termasuk dari hadits-hadits terkenal.
[29]
Nabi besar Islam Saw:
“ حُسنُ الخُلقِ و حُسنُ الجَوارِ يَعمرانِ الديارِ ”
“Akhlak mulia dan tetangga yang baik bisa memakmurkan dunia ”
Payāme Payāmbar, hlm. 432-433
Secara bertahap jumlah kaum muslimin bertambah dan kekhawatiran para pembesar Quraisy pun bertambah. Mereka datang menghadap
Abu Thalib
paman dan pelindung Nabi Saw dan meminta kepadanya untuk menahan dakwah
yang dimulai oleh keponakannya itu. Suatu hari mereka meminta kepadanya
supaya Muhammad Saw diserahkan kepada mereka untuk mereka bunuh dan
sebagai penggantinya, dia berhak mengambil ‘Umarah bin Walid seorang
pemuda tampan dan menurut keyakinan mereka juga pintar.
Abu Thalib berkata, “Aku harus menyerahkan anakku untuk kalian bunuh dan aku mendidik anak kalian? Alangkah sulit tugas itu.”
[30]
Kaum Quraisy dikarenakan perjanjian suku kabilah, mereka tidak
dapat mencelakai Nabi secara fisik, karena jika hal itu terjadi maka
mereka akan berhadapan dengan
Bani Hasyim,
dan kemungkinan ada hal-hal lain yang dapat menimpa mereka yang mungkin
akan mempersulit mereka. Oleh karena itu, pertentangan mereka kepada
Nabi hanya sebatas menjelek-jelekkan nabi dan mengganggunya. Namun sikap
mereka kepada orang-orang yang baru masuk Islam yang yang tidak
mempunyai pelindung, mereka benar-benar menyiksanya.
[31]
Perlahan-lahan perselisihan pun mulai tampak jelas. Kaum Quraisy sekali lagi datang menghadap
Abu Thalib
dan mereka meminta kepadanya untuk mencegah anak saudaranya itu untuk
tidak menindaklanjuti langkah yang telah ia ambil. Kemudian
Abu Thalib menyampaikan hal tersebut kepada anak saudaranya itu dan Nabi Saw menjawab,
“Demi
Allah, jika mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di
tangan kiriku aku tidak akan melepaskan ajakanku ini.” Abu Thalib
pun berkata, “Sekarang jika demikian yang kau kehendaki, maka
teruskanlah apa yang hendak kau lakukan dan aku tidak akan membiarkan
mereka mencelakakanmu.” Sejak saat itu kaum Quraisy dengan tidak segan
selalu berupaya mengganggunya dan para pengikutnya.
[32]
Hijrah Kaum Muslimin ke Habasyah
Dengan semakin bertambahnya jumlah kaum muslimin, permusuhan dan
pertentangan kaum Quraisy kepada Muhammad Saw semakin tajam. Namun
Muhammad berada dalam lindungan
Abu Thalib
dan karena adanya perjanjian suku kabilah maka mereka tidak mampu
mencelakakan nabi secara fisik. Akan tetapi jika dibandingkan dengan
para pengikutnya terutama bagi mereka yang tidak memiliki pelindung,
mereka tidak sekejap pun membiarkannya kecuali menyiksa dan menganiaya
mereka. Penganiayaan yang dilakukan terhadap orang-orang yang baru masuk
Islam bagi nabi adalah hal yang sangat menyakitkan dan membuatnya
berduka cita. Dengan terpaksa akhirnya nabi menyuruh mereka untuk
berhijrah ke negeri
Habasyah.
Kepada mereka dikatakan bahwa, “Di negri sana ada seorang raja yang
tidak pernah menganiaya seorangpun, pergilah kalian ke sana dan
tinggallah di sana sampai Allah SWT membebaskan kalian dari musibah
ini.” Ketika kaum Quraisy mengetahui bahwa orang-orang yang baru masuk
Islam ini ingin pergi berhijrah ke
Habasyah, mereka mengirim Amr bin Ash dan Abdullah bin Abi Rabi’ah menghadap
Najasyi raja
Habasyah supaya mengembalikan orang-orang yang akan berhijrah ke negerinya itu.
Najasyi
setelah mendengar omongan perwakilan Quraisy dan jawaban kaum muslimin,
ia menolak untuk menyerahkan orang-orang muslim tersebut kepada
perwakilan Quraisy. Dengan demikian perwakilan Quraisy kembali ke
Mekah dengan tangan hampa.
[33]
Pengepungan Bani Hasyim
Karena kaum Quraisy melihat kaum muslimin di
Mekah hari demi hari semakin berkembang, dan juga melihat raja
Najasyi tidak menyerahkan orang-orang muslim yang berhijrah ke
Habasyah kepada delegasi kaum Quraisy, akhirnya mereka berencana untuk menekan Muhammad Saw dan
Bani Hasyim
dari sisi ekonomi. Mereka menulis surat perjanjian yang isinya adalah
tidak berhak seorang pun memberikan anak perempuannya kepada
anak keturunan Hasyim dan
Abdul Mutthalib
atau mengambil anak perempuan dari mereka. Seseorang tidak berhak
menjual sesuatu kepada mereka dan atau membeli sesuatu dari mereka.
Kemudian surat perjanjian ini digantung di tembok
Kabah. Sejak saat itu,
Bani Hasyim dan
Bani Abdul Mutthalib terpaksa menjalani kehidupan mereka dan terkepung di lembah yang bernama
Syib Abi Yusuf yang kemudian dikenal dengan nama Syib
Abi Thalib.
[34]
Pengepungan
Bani Hasyim
berlanjut selama 2 atau 3 tahun. Dalam jangka waktu tersebut mereka
benar-benar mengalami kesulitan hidup yang sangat berat. Satu dua orang
dari sanak famili mereka, secara diam-diam pada malam hari mengantarkan
tepung gandum dan makanan lainnya kepada mereka. Pada suatu malam, Abu
Jahl yang benar-benar memusuhi
Bani Hasyim, mengetahui hal tersebut. Iapun mencegat dan menghalangi Hakim bin Hazam yang biasa membawa barang berupa tepung gandum untuk
Khadijah.
Beberapa orang ikut campur tangan dan bangkit menegur perbuatan Abu
Jahal. Sedikit demi sedikit beberapa kelompok dari mereka menyesali
tindakan yang mereka lakukan dan mulai bangkit mendukung
Bani Hasyim dan mengatakan bahwa mengapa Bani Makhzum hidup dalam kenikmatan sedangkan putra-putra
Hasyim dan
Abdul Mutthalib
hidup dalam kesengsaraan. Akhirnya mereka berkata surat perjanjian yang
telah diputuskan tersebut harus dimusnahkan. Sekelompok dari
orang-orang yang ikut dalam perjanjian tersebut berencana untuk merobek
surat perjanjian tersebut. Dalam catatan riwayat Ibnu Hisyam dari Ibnu
Ishaq dituliskan bahwa ketika mereka mendatangi surat perjanjian, mereka
melihat bahwa surat tersebut sudah dimakan rayap dan yang tersisa hanya
tulisan “باسمک اللهم” .
[35]
Ibnu Hisyam menulis bahwa sekelompok dari cendikiawan berkata: “
Abu Thalib
pergi dan berkata kepada kaum Quraisy: Anak saudaraku berkata surat
perjanjian yang kalian tulis telah dimakan rayap dan yang tersisa hanya
tulisan yang ada nama Tuhan; lihatlah jika perkataannya benar maka
batalkanlah perjanjian kalian dan jika dia berkata bohong dia akan aku
serahkankepada kalian. Ketika mereka mendatangi surat perjanjian itu,
mereka melihat rayap telah memakan semua kertas itu hanya nama Tuhan
yang tertinggal. Dengan demikian perjanjian pengepuan
Bani Hasyim pun batal dan mereka pun keluar dari lembah (Syib)
Abi Thalib.
[36]
Hijrah ke Madinah
Perjalanan ke Thaif
Beberapa saat setelah keluarnya nabi Saw dari lembah (Syib)
Abi Thalib, dua orang kerabat yang paling dekat dengannya yaitu
Khadijah dan
Abi Thalib wafat.
[37] (dengan wafatnya
Abu Thalib),
nabi Saw telah kehilangan seorang yang sangat gigih melindunginya dan
kaum musyrikin pun dengan kesempatan yang ada menambah penyiksaan dan
penganiayaan mereka kepada nabi Saw dan kaum muslimin. Usaha nabi Saw
untuk mengajak penduduk luar
Mekah, terutama
Thaif pun tidak berhasil dan dengan perasaan kecewa dan sedih ia kembali ke
Mekah.
[38]
Situasi dan Kondisi Madinah
Akhirnya perhatian nabi tertuju pada kota
Yatsrib, yaitu kota yang penduduknya siap diajak untuk menyerukan
Islam. Para ahli sejarah menulis, “Kadang-kadang terjadi perselisihan antara kaum yahudi
Yatsrib
dengan kaum Arab penyembah patung berhala dan kaum Yahudi berkata
kepada mereka segera akan datang seorang nabi dari keturunan Israel yang
akan memegang kepemimpinan kami dan kami akan dapat menguasai kalian.”
Dengan demikian lahan kemunculan dan kedatangan seorang nabi sudah siap
di benak penduduk
Yatsrib.
Di sisi lain, Kabilah-kabilah yang terpencar yang hidup di kota ini
satu sama lain selalu sering bertikai. Pada tahun-tahun dekat dengan
hijrahnya nabi terjadi persengketaan yang sangat berat antara dua
kabilah Aus dan Khazraj. Persengketaan itu dikenal dengan hari Bu’ats.
Dalam pertempuran tersebut banyak sekali orang yang tewas dari kedua
belah pihak. Sampai-sampai kedua kabilah sudah bosan dan lelah dengan
pertikaian yang tiada henti-hentinya dan mereka menghendaki perdamaian.
Namun sesuai dengan tradisi yang marak di kalangan mereka bahwa supaya
tidak lagi terjadi pertikaian di antara mereka, pihak yang bertikai
harus membayar tebusan kepada salah seorang dari keluarga mereka yang
tewas terbunuh saat perang berkobar. Dan jumlah yang harus dibayar akan
ditentukan oleh seorang pembesar yang semua pihak menerima
kepemimpinannya. selain itu keputusan itu harus diambil oleh seorang
yang dia tidak ikut andil dalam pertikaian tersebut.
Untuk menemukan seseorang yang memiliki ciri kepribadian seperti itu
sangat kecil kemungkinannya ditemukan di kota
Yatsrib.Hal
ini dikarenakan beberapa dalil:
pertama: kebanyakan dari pemimpin-pemimpin utama suku-suku kabilah
mereka semuanya ikut terjun dalam peperangan.
Kedua: setiap pemimpin suku kabilah tidak ada yang mau mengalah dari
yang lain. Dikatakan bahwa masyarakat hendak memilih Abdullah bin Ubay
bin Salul sebagai pemimpin kota, seorang yang cukup kuat dan tidak
berpihak pada siapapun dalam peperangan.
Dan bahkan dikatakan bahwa masyarakat sudah mempersiapkan segalanya
untuknya. Akan tetapi di hari-hari tersebut, di
Mekah terjadi peristiwa lain.
[39]
Nabi besar Islam Saw:
“ الجَنّةُ حرامٌ علی کلِّ فاحِش ان یَدخُلَها”
“Surga diharamkan bagi para pencabul untuk memasukinya”
Payāme Payāmbar, hlm. 378-379
Pertemuan Nabi dengan Para Jemaah Haji dari Madinah
Salah satu metode yang dilakukan nabi Saw dalam berdakwah adalah
ketika musim haji tiba. Ia pergi mendekati para kabilah yang datang
untuk berziarah dan menunaikan manasik haji dan memperkenalkan mereka
dengan ajaran
Islam.
Pada suatu hari, enam orang dari kabilah Khazraj datang menemui Nabi
Muhammad. Nabi pun memanfaatkan kesempatan itu dengan menyampaikan
risalahnya kepada mereka. Setelah mendengar pembicaraannya yang
memberikan harapan akan terjadinya perdamaian, kesentosaaan dan
penjagaan jika ajaran-ajaran
Islam
diamalkan, merekapun menyambutnya dan berkata, “Kami akan kembali ke
masyarakat kami dan kami akan memberitahu mereka tentang agamamu,
mudah-mudahan dengan itu peperangan dan pertikaian akan sirna dari kota
kami. Jika engkau adalah penyebab terjadinya persatuan di antara kami
maka engkau akan menjadi seorang yang paling mulia di sisi kami.”
[40]
Kemudian enam orang tersebut kembali ke kota
Yatsrib,
dan mengabarkan kepada penduduk kota tentang ajakan dakwah Muhammad
Saw. Mayoritas penduduk bahagia dengan berita tersebut. Sebab
sebagaimana yang diketahui, bahwa mereka sebelumnya telah mengetahui
cerita akan munculnya seorang nabi yang dengan mengajak nabi tersebut ke
kota mereka, maka kota mereka akan mendapatkan kemuliaan. Selain itu,
mereka lebih menerima pemimpin yang mereka yakini datangnya dari Allah
dibanding yang berasal dari penetapan kabilah. Alasan lainnya, Muhammad
bukan bagian dari penduduk kota dan tidak pernah ambil andil dalam
peperangan maupun konflik yang sebelumnya sering terjadi di kota
tersebut.
[41]
Perjanjian Aqabah Pertama
Pada saat yang lain, ketika musim Haji kembali datang 12 orang dari penduduk
Madinah berbaiat kepada Nabi Muhammad Saw di sebuah tempat yang bernama
Aqabah.
Baiat mereka berisikan beberapa hal berikut: Mereka tidak menyekutukan
Tuhan, tidak mencuri, tidak berzina dan tidak membunuh anak-anak mereka
(lihat: mengubur hidup-hidup anak-anak perempuan) tidak menuduh
seseorang, melakukan segala perbuatan baik yang diperintahkan Muhammad
Saw. Muhammad Saw mengutus seorang pemuda bernama
Mus’ab bin Umair untuk datang ke Yatsrib bersama mereka, dengan tujuan untuk mengajarkan
Al-Quran kepada penduduk setempat dan sekaligus ingin mengetahui keadaan kota dan sebesar mana sambutan penduduk
Yastrib terhadap
Islam.
[42]
Perjanjian Aqabah Kedua
Di tahun berikutnya, yaitu pada tahun 13 dari kenabian. Pada musim
Haji, 73 orang terdiri dari laki-laki dan perempuan, setelah
menyelesaikan manasik haji, mereka berkumpul di
Aqabah. Rasulullah saat itu bersama dengan pamannya,
Abbas bin Abdul Mutthalib datang mendekati mereka. Para ahli sejarah menulis bahwa: Pembicara pertama ketika itu adalah
Abbas,
ia berkata, “Wahai kaum Khazraj! Muhammad adalah dari kami, dan segala
sesuatu yang mampu kami lakukan untuk menjaganya dari perbuatan jahat
penduduk telah kami lakukan. Sekarang ia akan datang di sisi kalian dan
hidup bersama kalian jika kalian mampu, maka lindungi dan jagalah ia
dari kejahatan orang-orang yang menentangnya hal itu akan lebih baik dan
jika tidak dari sejak saat ini maka tinggalkanlah ia.”
Mereka dalam menjawab pernyataan Abbas berkata:
“Kami semua telah mendengar apa yang engkau katakan, maka sekarang
giliranmu wahai Rasulullah, katakanlah apa yang terbaik yang ada padamu
dan Tuhanmu!”
Nabi Saw kemudian membaca beberapa ayat dari
Al-Quran dan berkata, “Aku akan berbaiat dengan kalian, kalian harus melindungiku seperti salah satu orang dari kalian.”
Delegasi dari penduduk
Madinah
berbaiat padanya dan berikrar bahwa yang memusuhi Rasulullah akan juga
menjadi musuhnya, dan bertema dengannya juga akan menjadi teman mereka.
Merekapun bertekad. Siapapun yang memerangi Rasulullah, mereka akan
bangkit memeranginya.
Baiat tersebut tersebut dalam sejarah dikenal dengan istilah
baiat al-Harb. Maka setelah pembaiatan tersebut, nabi memberikan izin
kepada kaum muslimin untuk pergi ke kota
Yatsrib dan mereka pun pergi ke kota tersebut yang disambut oleh keramahan penduduk
Yatsrib. Dalam sejarah
Islam, mereka yang datang dari
Mekah ke
Madinah dikenal dengan sebutan Muhajirin dan mereka yang berada di Madinah menyambut kedatangan para muhajirin dinamakan kaum Anshor.
[43]
Persekongkolan Dar al-Nadwah
Dengan mengetahui, penerimaan penduduk
Madinah atas kedatangan nabi di kota tersebut, para pemuka Quraisy menjadi khawatir. Terlebih lagi penduduk
Madinah
telah mengikat janji dengan nabi untuk menolongnya. Hal itu tentu saja
akan menjadi sebuah kontribusi besar terhadap penyebaran dakwah
Islam. Jika Nabi Muhammad Saw berhasil menyebarkan
Islam
dan akan semakin banyak yang menjadi pengikutnya, maka itu akan
berbahaya bagi eksistensi kaum Quraisy. Mereka khawatir, setelah sekian
banyak siksaan dan perlakuan yang semena-mena yang mereka lakukan
terhadap nabi dan pengikut-pengikutnya, mereka suatu waktu akan
melakukan pembalasan dendam dan berbalik menghancurkan mereka.
Kota
Yatsrib adalah sebuah kota besar yang letaknya sangat strategis di dekat
Mekah. Setiap dari pedagang Quraisy memiliki pelanggan tetap di kota
Madinah. Yang jika
Madinah
dibawah penguasaan kaum muslimin, maka itu akan membuat mereka
mengalami kerugian ekonomi. Untuk mencegah hal tersebut, mereka terpaksa
membatalkan perjanjian-perjanjian suku kabilah dengan berencana akan
membunuh Nabi Muhammad Saw.
Namun membunuh Muhammad bukanlah hal yang mudah, karena
Bani Hasyim
tidak akan tinggal diam dan pertumpahan darah di antara mereka akan
tetap berkelanjutan. Untuk menemukan jalan yang sesuai mereka
merencanakan pertemuan di
Dar al-Nadwah
yang pada akhirnya mereka menyimpulkan sebuah gagasan yaitu setiap
kabilah menyiapkan seorang pemuda yang secara serempak akan menyerbu
Muhammad Saw dan semua dengan serentak mengayuhkan pedang-pedang mereka
kepadanya untuk membunuhnya. Dengan demikian yang membunuhnya nanti
bukan satu orang dan
Bani Hasyim
tidak dapat bangkit meminta pertanggungan darahnya, karena perang
dengan seluruh kabilah untuk mereka adalah hal yang tidak mungkin dapat
dilakukan. Terpaksa mereka akan rela dengan mengambil tebusan.
Pada malam itu, ketika kaum Quraisy ingin melaksanakan
rekonstruksi persekonggolan mereka, nabi dengan perintah Allah telah
keluar dari kota
Mekah, dan
Ali As tidur di atas kasurnya (lihat: lailatul mabit) dan Ia bersama
Abu Bakr bin Abi Qahafah pergi berangkat menuju kota
Yastrib dan tiga hari tinggal di goa yang bernama
Tsaur yang terletak di sekitar
Mekah sampai orang-orang yang mencari-cari mereka putus asa. Kemudian setelah itu mereka menuju
Yastrib melalui jalan yang tidak biasa dilewati manusia.
[44]